Rinduku terpendar diudara.
Pada tiap butir embun, senyum itu tercantum.
Bias mentari lazuardi, sungkan menyapu dingin dari bahtera hati.
Sungguh, bunga abadi mengingatkanku akan dirimu.
Lusuh peluhku, bisu sabdaku.
Getar bibir hampir membunuh, ternyata pertanda rindu.
Barang sejari dari pelupuk mata yang hampir basah.
Secangkir kenangan tumpah ruah.
Dua hati terjarak takdir.
Memaksamu pulang, itu sangat pandir.
Biar mengalir kita sampai akhir.
Teruslah saling mencintai seperti fakir.
No comments:
Post a Comment