Bukan hanya sebuah kata kosong yang dilontarkan dari si muka dua. Ia lebih dari itu, saat candanya tumpah ruah dalam satu meja yang sama.
Ia yang berada disampingmu, takala terluka hati sebab ulah bidadari bumi. Menyuguhkan sanjungan, dengan secangkir kopi pahit tanpa kedustaan.
Sesekali ucapnya bak belati, tajam lantas perih. Namun sadarkah, tiap kata hina tak bermakna terselip selipat peduli. Yang paling tidak ingin melihat kau jatuh.
Menggenggamu erat ia disaat rapuhmu, bukan berjalan didepanmu, bukan pula di belakangmu. Tapi disampingmu, sebagai obat pelipur lara atas kejamnya dunia.
Maka jangan membisu, sebab aku butuh suaramu untuk mencaciku.
Jangan tuli, sebab akan kulantunkan sabda pembangkit semangat ini.
Lalu jangan menjauh, karna tak mampu kuguncangkan dunia tanpamu.