Thursday, 26 September 2019

Sepenggal Syair Sendu Cerita Tentang Ibu

Kemarin ibu berduka, putra terbaiknya tiada.
Kemarin ibu menangis, tubuhnya bilur sebab luka mereka.
Kini ibu merintih perih, jubah merah putihnya berlumur darah.

Sebagian mendekap, sebagian lain melepas. Ibu terus tersedu, karna putra piutrinya ricuh.

Kenapa seperti ini? Ibu bertanya. Mungkinkah sabda sang raja yang salah bertitah? Atau, mungkinkah mahasiswa yang salah bertingkah?

Riuh, runtuh, hampir hancur luluh. Ibu yang renta, mencoba bertahan untuk semua. Meski sering dibanting, meski dilemparkan badai, meski dikuliti oleh anaknya sendiri, ibu tetap berdiri.

Thursday, 1 August 2019

Merah Merona

Putik bunga sendu menuju merah
Hingga kuhisap tangkai yang menua
Lamunan mesra syair tentang memuja
Anggun nampak sungguh pesona

Rinai pelahan teruntai
Secarik rasa pecah terurai
Deras membasahi pipi
Tentang janji yang mati

Sunday, 23 June 2019

Tiupan Malaikat

Debu memburu, sisa keikhlasa saat kemarau.
Peluh, tertarih runtuh, berhembus tiupan malaikat dari jauh.
Aku mencintaimu dengan rindu tanpa rapuh.

Setapak jarak, katamu tak ada berarti tak nampak.
Risalah hati, menjulur melalui samudra biru, menuju si empunya kunci.
Aku mencintaimu dengan lugu tanpa ragu.


00.22 Malam.
Jauh katamu, tapi cinta sedekat ini menurutku.
Gesang Aji Saka

Sunday, 20 January 2019

kamu, kita

Kita adalah sisa-sisa keyakinan, sebab kemarin, terluka sangat parah.
Kita adalah partitur sebuah tutur, cinta, nyatanya belum percaya.
Kita mencoba merajut rasa, tapi lupa indah yang mana?